PENERAPAN
MATERIAL KACA DALAM DISAIN HOTSPOT AREA MAHASISWA TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI
2015
MAKALAH
Disusun untuk
memenuhi tugas tengah semester matakuliah
Bahasa Indonesia
Yang dibina oleh
Ibu Ariva Luciandika, M.Pd.
Oleh:
Sri Wahyuni
NIM.14660023
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK
IBRAHIM (UIN MALIKI) MALANG
FAKULTAS SAINS
DAN TEKNOLOGI
JURUSAN TEKNIK
ARSITEKTUR
April 2015
BAB
1
PENDAHULUAN
Pada
bab ini dibahas mengenai (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, dan (3)
tujuan penelitian yang dipaparkan sebagai berikut.
1.1. Latar Belakang
Hotspot
area merupakan area dimana seorang klien dapat terhubung dengan internet secara
wireless (nirkabel atau tanpa kabel) dari PC, laptop, notebook, ataupun
gadget seperti handphone dalam jangkauan radius kurang lebih beberapa ratusan
meter tergantung dari kekuatan frekuensi atau signalnya. Di hotspot area kita
bisa melakukan proses koneksi internet seperti browsing, blogging, downloading,
serta chatting sebari menunggu teman, menunggu seseorang ataupun bertemu dengan
rekan bisnis.
Dijaman
yang sudah semakin moderen ini, teknologi informasi selalu mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Hampir semua kalangan mengoperasikan yang namanya gadget.
Baik yang berbentuk handphone, tab, maupun I-pad. Tak heran jika banyak hotspot
area yang dibangun. Akan tetapi, pada umumnya hotspot area yang sering di
jumpai cenderung kaku dan membosankan. Padahal, dengan semakin majunya
teknologi informasi harus diikuti dengan kemajuan semua aspek, seperti halnya
arsitektur. Arsitektur haruslah pula ikut berkembang seiring berkembangnya
jaman dan teknologi informasi.
Arsitektur
tidak diciptakan dari kehampaan. Arsitektur biasanya merupakan tanggapan kepada
suatu konteks yang menjadikannya sebuah realitas yang terbentuk. Arsitektur
juga diharapkan untuk menjalankan fungsi, untuk memberikan solusi konkrit bagi
suatu penugasan, dan untuk hadir dalam kehidupan melalui disain dan material
yang digunakan. Itulah alasan mengapa parameter-parameter yang diuraikan
didalam peta disain, konteks, fungsi, bentuk, material, dan struktur secara langsung
terkait dengan setiap disain arsitektur. Parameter-parameter ini juga merupakan
elemen-elemen yang membentuk setiap
disain
bangunan. Lebih jauh lagi, hal-hal tersebut menyimpan potensi terbesar bila man
digunakan untuk mengembangkan gagasan-gagasan disain.
Parameter-parameter
disain ini membentuk sebuah kerangka kerja yang dapat digunakan dalam menggagas
ide-ide disain. Parameter-parameter tersebut memungkinkan untuk memanfaatkan
sumber-sumber informasi dan inspirasi dengan suatu cara yang terstruktur
didalam tahap-tahap awal disain. Saat memulai
proses disain, akan lebih mudah jika terlebih dahulu mengumpulkan semua informasi, kondisi, dan persepsi yang
telah diketahui dan menvisualisasikan hal ini denga cara yang konsisten.
Didalam
arsitektur banyak hal yang harus dikembangkan dari segala aspek. Misalnya dalam
aspek keagamaan, kepercayaan, dan ketatanegaraan. Dari pengembangan aspek-aspek
tersebut akan menghasilkan disain yang lebih inovatif. Perkembangan disain juga
harus diiringi dengan pengembangan fungsi material yang digunakan seperti
beton, logam, pasir dan kaca.
Kaca
merupakan material yang sudah lama dikenal, bahkan sejak ribuan tahun yang
lalu. Penggunaanya sebagai bahan bangunan mulai dikenal sejak abad ke 17. Pada
abad ke 20 penggunaan kaca pada bangunan didukung oleh perkembangan
industrialisasi dan penemuan teknologi dalam pengolahan dan produksi kaca.
Kecenderungan disain dengan meminimalkan ornamen pada abad tersebut juga
mendukung penggunaan material kaca. Penggunaan material kaca tetap menjadi
pilihan dari bangunan-bangunan di era abad 21. Selain peningkatan pengetahuan
akan siat-sifat kaca yang transparan, mampu memberikan pencahayaan dan panas
pada bangunan, perkembanagn proses produksi kaca, menyebakan penggunaan
material kaca semakin luas dan digunakan hampir diselur bagian bangunan.
Ada
beberapa jenis kaca yang sering digunakan, antara lain kaca temperat, kaca es,
kaca melton, kaca raindown,kaca patri, kaca rayband dan kaca air. Setiap jenis
kaca memiliki ciri khas masing-masing yang merupakan keunggulan dari setiap
kaca. Dari beberapa keunggulan tersebut, material kaca dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan disain hotspot area yang cozy and open. Untuk menghasilakan
disain hotspot area yang cozy and open diperlukan pengembangan ide
disain dan meningkatkan penerapan material kaca.
Berdasarkan
uraian latar belsksng diatas, ditulislah makalah dengan judul Penerapan
Material Kaca dalam disain Hotspot Area yang Cozy and Open.
1.1. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut.
1. Bagaimana
penerapan material kaca dalam disain hotspot area?
2. Mengapa
material kaca memberi efek cozy anad open pada disian hotspot area?
2.1.Tujuan
Tujuan
dalam makalah tersebut dipaparkan sebagai berikut.
1. Untuk
memaparkan penerapan material kaca dalam disain hotspot area.
2. Untuk
memaparkan material kaca dapat memberi efek cozy and open pada disain hotspot
area.
BAB
II
PEMBAHASAN
Pembahasan
masalah akan menyajikan tentang (1) Material kaca dalam disain arsitektur, dan
(2) Hotspot area cozy and open dengan material kaca.
1.
2.
2.1. Material
Kaca dalam Disain Hotspot Area
Kaca
adalah bahan material yang sudah dikenal sejak dahulu. Kaca umumnya digunakan
untuk pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya digunakan
sebagai material bangunan.
2.1.1. Sejarah
Material Kaca dalam Arsitektur
Proses pembuatan kaca saat ini telah
berkembang pesat. Semula kaca yang digunakan sebagai bahan bangunan hanya
berupa kaca flat, namun sekarang telah berkembang dengan berbagai bentuk sesuai dengan
kebutuhan sebagai bahan bangunan. Menurut staib (1999), beberapa periode dalam
perkembangan penggunaan kaca adalah sebagai berikut.
1. Sebelum abad ke 17
Kaca telah dikenal sejak ribuan tahun
yang lalu, namun tidak ada yang bisa memastikan kapan dan dari mana kaca
pertama mulai dibuat dan digunakan. Sejak jaman Mesopotamia dan Egypt kaca
sudah dikenal, namun penggunaanya masih terbatas sebagai peralatan rumah tangga
dan perhiasan atau perabot. Penggunaan pada bangunan masih terbatas pada
bangunan gereja dan binara.
2. Pada abad ke 17-19
Kaca mulai banyak digunakan sebagai
bahan bangunan sejak abad ke 17. Di abad ke 18 dan 19 penggunaanya meluas untuk
bangunan-bangunan privat dan publik.
1. Pada abad ke 20-21
Seiring dengan perkembangan proses
produksi kaca dan gaya arsitektural yang berkembang, kaca menjadi bahan yang
sangat banyak digunakan dalam bangunan pada abad ke 20. Tidak hanya sebagai
ornamen, namun digunakan pada hampir seluruh bagian bangunan seperti dinding,
atap, maupun sebagai stuktur.
1.
2.
2.1.
2.1.1.
2.1.2. Kaca sebagai Material Bangunan
Kaca merupakan bahan organik yang dapat
memiliki sifat jernih, tembus cahaya atau berkilau. Sifat paling menonjol dari
suatu jenis kaca tergantung jumlah unsur penyusunnya.
2.1.3. Jenis Kaca dan Penggunaanya
Saat ini jenis kaca sangat beragam
diproduksi sesuai dengan penggunaanya dalam bangunan. Menurut Garg (2007),
jenis kaca yang penting dan sering digunakan sebagai bahan bangunan dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1. Kaca Normal
Kaca normal merupakan kaca datar dengan
permukaan jernih dan tingkat distorsi yang rendah. Kaca normal biasa digunakan
untuk aplikasi pada bangunan perumahan, shopping mall, hotel atau
restoran. Penggunaan untuk bagian bangunan seperti jendela, pintu, dinding
partisi, display, atrium, railing dan green house.
Beberapa tipe dari kaca normal antara
lain.
a. Clear glass, merupakan kaca yang
jelas dan transparan yang memberikan bayangan objek dibelakangnya dengan sangat
jelas.
b. Tinted glass, merupakan kaca yang
telah diberi tambahan oksidan dari suatu jenis metal tertentu untuk mengurangi
efek silau terhadap mata.
c. Patterned, figgured or rolled glass,
merupakan jenis kaca dekoratif tembuns pandang dengan pola tertentu dislah satu
permukaanya agar terjadi penyebaran cahaya yang datang pada permukaan kaca.
Banyak digunakan pada interior bangunan.
d. Wire glass, merupakan kaca yang
diprodukksi untuk perlindungan terhadap kebakaran.
e. Ekstra Clear glass,
merupakan jenis kaca yang digunakan untuk tujuan estetika atau privasi karena
dapat melindungi objek dibagian belakang dengan permukaan yang sangat halus.
2. Kaca Laminasi (Laminated Glass)
Kaca laminasi merupakan kaca yang
terdiri dari dua atau lebih lapisan dengan satu atau lebih lapisan transparan
dengan penambahan bahan plastik polivinyl butiral (PVB) diantara kedua
lapisannya. Sifat kaca diperkuat dengan adanya lapisan PVB.
Aplikasi penggunaan kaca laminasi antara
lain untuk bangunan perkantoran, bank, museum dan toko perhiasan. Penggunaanya
untuk bagian bangunan seperti atap, lantai, skylight, ruang
observatorium hewan, akuarium, perlindungan terhadap gempa dan angin kecepatan
tinggi dan kepentingan akustik.
Kelebihan dari kaca laminasi antara
lain.
a. Dapat
mengurangi resiko retakan /pecah, bahkan dapat mengamankan gedung dari peluru,
benda berat atau ledakan kecil. Walaupun terjadi kerusakan atau pecah, jenis
kaca ini tetap mambari keamanan terhadap penghuni karena tetap berada pada
posisi (tidak terpecah menjadi puing-puing).
b. Penghalang
yang baik terhadap kebisingan.
c. Dapat
mengurangi masuknya sinar Ultraviolet kedalam bangunan. Perlindungan terhadap
sinar Ultraviolet bahkan mencapai 99%.
d. Dapat
mempertahankan waran dan umur bangunan.
e. Mengurangi
kerusakan akibat panas.
3. Kaca Temperat (Temperad or Toughebed Glass)
Temperad glass
merupakan kaca yang sangat kuat yang diproduksi dengan perlakuan pemanasan
seragam pada suhu 6500o C yang kemudian didinginkan dengan cepat.
Kelebihan kaca temperat antara lain.
a. Sulit
untuk pecah, walaupun pecah akan menjadi bagian-bagian yang sangat kecil
sehingga tidak membahayakan penghuni.
b. Lebih
kuat 4-5 kali dari kaca normal dengan ketebalan yang sama.
c. Sangat
kuat terhadap perubahan suhu mencapai 2500o C, dbandingkan kaca
normal yang hanya dapat bertahan pada perubahan suhu 4000o C.
Temperad glass
umumnya digunkan untuk aplikasi pada bangunan-bangunan dengan iklim yang keras
misalnya dengan angin yang kencang atau
beban salju dan termal yang tinggi. Digunakan untuk tujuan keamanan dan
kekuatan, pada dinding bangunan-bangunan tinggi, airport atau untuk
penggunaan interior dan eksterior yang memerlukan kekuatan tinggi.
4. Heat Strengthened Glass
Heat strengthened glass
merupakan jenis temperat glas yang diperkuat secara termal dengan menginduksi
tekanan permukaan. Jenis kaca ini banyak digunkan untuk aplikasi pada dinding
pemisah, lantai, atap dan kaca struktural. Kaca ini memiliki kekuatan mekanik 2
kali dibanding temperad glass biasa. Lebih tahan terhadap kerusakan
akibat suhu dan pengurangan terhadap distorsi.
5. Heat Soaked Temperad Glass
Heat soaked temperad glass
merupakan jenis kaca yang diproduksi dengan teknik peredaman untuk mengurangi
resiko kerusakan yang diakibatkan proses produksi. Jenis kaca ini banyak
digunakan untuk aplikasi pada bagian
bangunan yang memerlukan kekuatan terhadap perubahan temperatur, seperti kaca
struktural.
6. Kaca Reflektif (Reflective Glass)
Kaca reflektif
merupakan kaca yang dilapisi logam pada salah satunya untuk meningkatkan
reflesi panas dan cahaya. Jenis kaca ini memiliki kelebihan pada estetikanya
dan mengurangi pnas dan silau pada eksterior bangunan. Jenis kaca ini juga
dapat mengurangi beban AC. Salah satu jenis kaca reflektif adalah kaca
reflektif surya yang dapat merefleksi cahaya tanpa mengurangi sifat transparasi
pada kaca tersebut. Penggunaan pada kaca reflektif misalnya pada ectance
bangunan, pada jendela untuk ruang-ruang privat, dinding dekoratif, fasad
bangunan dan pada bagian lain yang memerlukan perlindungan terhadap cahaya
matahari.
7. Insulating Glass Unit (Double Glazing)
Insuling glass unit (double Glazing)
merupakan jenis kaca pabrikasi yang terbuat dari 2 atau lebih kaca panel dengan
rongga udara diantara lapisan kacanya. Rongga ini bisa diisi dengan udara
kering atau gas agar memiliki kinerja termal lebih baik. Sistem seperti ini
memiliki kelebihan karena dapat mengurangi transmisi panas dibandingkan kaca
normal. Kelebihan kaca insulasi ini dapat mengurangi panas pada bangunan
sehingga mengurangi beban pendinginan. Selain itu, juga sangat efektif dalam
mengurangi tingkat kebisingan yang berasal dari eksterior.
Aplikasi kaca ini adalah untuk bangunan
kantor, rumah sakit, hotel, rumah dan bangunan-bangunan lain yang memerlukan
pemanasan atau pendinginan yang tinggi. Termasuk bangunan yang memerlukan
tingkat insulasi suara.
8. Cermin atau Miror
Cermin merupakan jeis kaca refeltif
dengan tingkat refleksi yang tinggi. Dapat memberikan bayanagan pada objek
didepannya. Penggunaanya pada bangunan seperti pada kamar mandi, ruang ganti
atau dinding dekoratif.
2.1.4. Sifat-sifat Kaca
1. Sifat Transmisi, Refleksi dan Absorbsi Material Kaca
Kaca tidak sepenuhnya transparan, karena
sebagian cahaya yang jatuh akan dielefasikan dan sebagian akan diserap oleh
warna kaca. Perbandingan sifat transmisi, refleksi dan absorbsi kaca
dibandingkan dengan bahan bangunan lain, transmisi cahaya yang melewati kaca
sebagian diubah ke energi lain, umumnya kedalam energi panas. Perubahan
energinya tergantung dari ketebalan kaca. Sifat ini terkadang dianggap
merugikan misalnya pada kasus kaca jendela, karena menimbulkan panas pada
ruangan. Hal ini karena kaca juga merupakan pemancar radiasi yang baik pada
kisaran cahaya tampak, yang memiliki intensitas tertinggi, lebih dari 50%
cahaya matahari.
2. Sifat Akustik dan Termal Materal Kaca
Kaca umumnya memiliki konduktivitas
termal yang tinggi. Hal ini dapat dikurangi dengan kaca insulasi panas yaitu
dengan menyediakan rongga gas pada 2 lapisan kaca.
Kaca menyerap dan memantulkan suara
tergantung dari panjang gelombang suara. Kaca dengan permukaan halus dapat
merugikan secara akustik. Namun hal ini dapat dikurangi dengan memberikan
tekstur pada permukaan kaca serta meningkatkan ketebalan dan massa dari kaca.
2.1.5.
Penerapan
Material Kaca pada Bangunan
Dengan
berbagai jenis dari produksi kaca, penerapan dapat diaplikasikan pada hampir
semua bagian bangunan.
1. Material Kaca sebagai Atap Bangunan
Sifat dan ketersediaan bahan bangunan
menjadi aspek pertimbangan dalam perencanan atap bangunan. Penggunaan atap kaca
muncul di era industrialisasi karena kebutuhan akan atap transparan pada pabrik
dan ruang-ruang besar seperti terminal kereta api.
Selain sebagai pelindung, penggunaan
atap kaca umumnya memiliki fungsi sebagai pencahayan (sky light).
Struktur atap kaca harus mampu dibuat dengan sistem yang utuh sehingga dapat
menahan beban-beban yang ditimpakan kepada stuktur.
Peranan bentuk dan dimensi sangat
menentukan kekuatan dari atap kaca. Struktur atap kaca harus mampu dibuat
dengan sistem yang utuh sehingga dapat menahan beban-beban yang ditimpakan
kepada struktur.
Peranan bentuk dan dimensi sangat
menentukan kekuatan dari atap kaca. Struktur atap kaca harus mampu dibuat
dengan sistem yang utuh sehingga dapat menahan beban-beban yang ditimpakan
kepada struktur.
2. Material Kaca sebagai Dinding Bangunan
Kaca sebagai bahan yang memiliki
ketahanan yang tertinggi terhadap bahan kimia dan pengaruh korosi serta
memiliki sifat transparasi yang tinggi, sangat cocok digunakan sebagai bahan
kulit bangunan. Hanya silika (larutan hydrofluoric acid) yang dapat
menyerang permukaan kaca sehingga menyebabkannya menjadi terlihat buram. Larutan
basa yang mungkin timbul dari beton berdekatan atau dari bahan kapur pada
bagian bangunan lain juga dapat merusak permukaan kaca. Akan tetapi, kaca
memiliki kelebihan dengan sifat-sifat
sebagai bahan akustik yang baik serta memiliki sifat optik dan ketahanan
yang tinggi terhadap temperatur sehingga cocok untuk digunakan sebagai elemen
penutup bangunan.
Sifat-sifat teknis yang dapat dibentuk
dari bahan kaca seperti insulasi panas, bahan akustik dan transmisi cahaya
dapat dimanfatkan untuk mendapatkan kenyamanan dalam bangunan. Penggunaan kaca
harus disesuaikan dengan kebutuhan dalam bangunan dan tipe/jenis kaca seperti
bangunan yang memerlukan tingkat insulasi panas atau kualitas akustik yang
baik.
Selain pemilihan tipe kaca yang tepat,
sambungan merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam instalasi
kaca sebagai dinding bangunan. Kekuatan dapat berkurang atau bertambah pada
sambungan tersebut.
Bentuk bangunan menjadi penentu dalam
kesuksesan pemilihan kaca pada kulit bangunan. Selain memiliki efek terhadap
termal dan akustik, kaca merupakan bahan yang dapat memberikan efek visual yang
sangat baik pada bangunan.
3. Material Kaca sebagai Struktur Bangunan
Kaca tidak hanya dapat difungsikan
sebagai elemen arsitektural bangunan namun dapat pula berfungsi sebagi elemen
struktural bagunan. Kaca dapat difungsikan sebagai penerima beban-beban pada
bangunan. Kekuatan dapat berasal dari bahan kaca sendiri dengan perkuatan dari
bentuk struktur dan sambungan.
Bahan kaca dapat memberikan bentuk
struktur seperti yang dibentuk oleh material lain. Struktur seperti portal, frame,
arch, shell, space frame dan bentuk struktur lain yang dapat menggunakan
material kaca.
4. Material Kaca sebagai Gagasan Konsep Transparasi
alam Arsitektur
Penggunaan kaca saat ini tidak hanya
berfungsi sebagai elemen material pelapis atau penutup bangunan, namun sudah
berkembang menjadi bagian atau tataran konsep dalam perancangan arsitektur.
Makna penggunan kaca kini lebih berkembang, tidak hanya melihat kaca sebatas
material yang menampilkan kejujuran struktur dan kejujuran fungsionalnya. Kaca
hadir untuk menciptakan nilai yang memiliki konektivitas visual dan integrasi
antara bangunan, ruang dan lingkungannya. Aplikasi kaca dapat sebagai wujud
gagasan konsep transparasi dalam perancangan bangunan.
Gagasan konsep transparasi dalam
perancangan bangunan tidak hanya menempatkan proses perancangan yang cepat,
murah, efisien dan ekonomis tetapi lebih menitik beratkan pada kemurnian
bentuk, bentuk yang lebih ringan, transparan dan mempunyai nilai konteks
terhadap lingkungannya. Gagasan konsep transparasi ini dalam perancangan
bangunan tidak hanya menempatkan proses perancangan yang cepat, murah, efisien
dan ekonomis tetapi lebih menitikberatkan pada kemurnian bentuk, bentuk yang
lebih ringan, transparan dan mempunyai nilai konteks terhadap lingkungannya.
Gagasan konsep transparasi ini diimplementasikan dalam dua metode perancangan
yaitu metode fragmentasi dan layering yang keduanya tetap mengintegrasikan
kaca sebagai sistem struktur dan material bangunan.
Penggunaan kaca dalam metode fragmentasi
adalah mencoba memecah bentuk atau lapisan bangunan utuh sebagai bentuk solid
dengan bidang transparan. Menurut piano
(1997) kaca dapat sebagai alat fragmentasi yang bertujuan menghasilkan konsep
bangunan yang lebih ringan terhadap lingkup bobot kawasan dan tidak berkesan
masif atau solid secara utuh. Penggunan kaca tidak hanya sebagai bidang tak
terbatas tetapi dapat menciptakan keselarasan dengan lingkungan secara fisik
dan visual.
Contoh karya aplikasi kaca dengan metode
fragmentasi adalah bangunan Renzo Piano Building Workshop (RPBW) yang dirancang
pada tahun 1989, sebuah bangunan yang terletak disisi tebing dan menghadap ke
laut. Permukaan sisi bangunan keseluruhan menggunakan kaca, sehingga bangunan
ini sangat transparan tiada batasan antara sisi dalam dan luar. Fragmentasi
massa bangunan dengan struktur split level yang mengikuti kontur lahan dan
penggunaan kaca sebagai bidang lapisan dan permukaan bangunan.
Penggunaan kaca dalam metode layering
lebih menekankan pelapisan pada unsur bidang atau bentuk bangunan sebagai
elemen pembatas untuk memberikan konektivitas antara ruang dalm dengan luar
bangunan atau bangunan dengan lingkungannya. Metode ini menitikberatkan
strategi pelapisan pada kulit bangunan.
Aplikasi pada perancangan bisa dilihat
pada kasus perancangan Cartier Foundation for Contemporary Art, yang
dibangun di Paris pada tahun 1994 oleh Jean Nouvel. Bangunan ini berada dalam
ruang terbuka yang ditumbuhi pohon-pohon yang besar dan sebagai salah satu
tantangan adalah masyarakat tidak mau
kehilangan banyak pohon tersebut apabila bangunan tersebut berdiri. Jean
Nouvel mencoba membangun dengan bentuk yang lebih tipis dan vertikal sehingga
bangunan tidak hanya berkesan ringan, transparan, namun lapisan material kaca
yang menutupi permukaan bangunan memberikn ilusi “apakah pohon-pohon yang ada
dilingkungannya berada didalam atau diluar bangunan”. Aplikasi tidak hanya
sebagai kulit bangunan tetapi dapat memberikan hubungan antara bangunan dan lingkungan.
Strategi pelapis (layering)
dengan aplikasi kaca yang memberikan konektivitas antara ruang dalam dan luar
seperti pada karya Glass House oleh Philip Johnson.
Kaca sangat mendominasi permukaan
dinding bangunan, bahkan terkesan terbuka seluruh isi bangunan. Bangunan ini
hadir dengan kejujuran struktur danfungsi, namun elemen kaca ini memberikan
makna hubungan tanpa batas antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Alam
sebagai dinding bangunan sesunggahnya dan ruang memiliki kualitas visual dan dimensi
yang tak terbatas.
2.2. Hostspot
Area cozy an open dengan Material Kaca
2.2.1. Definisi Hotspot area
Hotspot area merupakan area dimana
seorang klien dapat terhubung dengan internet secara wireless (nirkabel atau
tanpa kabel) dari PC, laptop, note book ataupun gadget seperti handphone dalam
jangkauan radius kurang lebih beberapa ratusan meter tergantung dari kekuatan
frekuensi atau signalnya. Di hotspot area kita bisa melakukan proses koneksi
internet seperti browsing, blogging, downloading, serta chatting sebari
menunggu teman, menunggu seseorang ataupun bertemu dengan rekan bisnis.
2.2.2. Hotspot Area cozy and open
Di jaman yang sudah semakin modern ini,
teknologi informasi selalu mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hampir semua
kalangan mengoperasikan yang namanya gadget. Baik yang berbentuk handphone,
tab, maupun I-pad. Tak heran jika banyak hotspot area yang dibangun. Akan
tetapi, pada umumnya hotspot araea yang sering kita jumpai cenderung kaku dan
membosankan. Padahal, dengan semakin majunya teknologi informasi harus diikuti
dengan kemajuan semua aspek, seperti halnya arsitektur. Arsitektur haruslah
puls ikut berkembang seiring berkembangnya jaman dan teknologi informasi.
Dalam disain terdapat beberapa hal yang
harus dipertimbangkan. Apalagi dalam jaman yang semakin modern ini arsitektur
sudah semakin berkembang. Dalam mendisain hotspot area pun harus mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi. Hotspot area pada umumnya di disain dengan
disain yang kaku dan monoton, sehingga hotspot area terkesan membosankan.
Kaca merupakan material yang sudah lama
dikenal, bahkan sejak ribuan tahun yang lalu. Material kaca yang memiliki
banyak fungsi, jenis dan ciri yang sama. Dari beberapa jenis, ciri dan fungsi
kaca, material kaca dapat digunakan dalam disain hotspot area yang cozy and
open. Hal ini telah diaplikasikan oleh mahasiswa Teknik Arsitektur UIN
Maulan Malik Ibrahim Malang.
BAB
III
PENUTUP
1.
2.
3.
3.1. Simpulan
Pada
Bab II telah di paparkan penjelasan tentang (1) Material kaca dalam disain
arsitektur, dan (2) Hotspot area cozy and open dengan material kaca.
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut.
1.
Dalam
perkembangan industri, Material kaca memiliki banyak jenis yaitu, kaca normal,
kaca laminasi, kaca temperad, heat strengthened glass, heat soaked
temperad glass, kaca reflektif, insulating
glass unit dan cermin.Yang memiliki ciri yang berbeda yang diaplikasikan
dalam bangunan.
2.
Beberapa jenis
material kaca yang memiliki sifat yang berbeda. Berbeda dalam sifat transmisi,
refleksi, absorbsi, akustik dan termalnya yang dapat diterapkan dalam disain
hotspot area yang cozy and open.
3.2. Saran
Berdasarkan
simpulan diatas, ada sejumlah saran yang perlu disampaikan, yaitu dalam proses
disain hotspot area maupun disain bangunan lainnya, arsitek harus lebih
mengeksplore penerapan material kaca yang digunakan dalam bangunan untuk
menghasilkan disain yang cozy and open.
DAFTAR
RUJUKAN
Bielefeld,
Belt., Sebastian El-Khouli. 2010. Ide Ide Desain. Jakarta. Erlangga.
Diraatmadja,
E. 1997. Ilmu Bangunan 2. Jakarta. Erlangga.
Grg, N.K.2007. Guidedelines for Use of Glass
in Building. Jakarta. Erlangga.
Staib,
Schittich. 1999. Glass Construction Manual. Bandung. Pustaka Pelajar.
Weston,
Richard.2002. The House in the 20th Century. Surabaya. Rajawali
press.